https://sibermedia.net/wp-content/uploads/2025/05/WhatsApp-Image-2025-05-24-at-13.49.51.jpeg

PalmCo Teguhkan Komitmen Lestarikan Warisan Sejarah Perkebunan Indonesia

SIBERMEDIA. NET, Medan — Peringatan Bulan Kebudayaan Nasional setiap Oktober menjadi momen penting untuk menengok kembali jejak sejarah yang membentuk identitas bangsa.

Di tengah transformasi industri perkebunan nasional, Holding Perkebunan PTPN III (Persero) melalui Subholding PT Perkebunan Nusantara IV (PalmCo) menunjukkan komitmen kuat dalam merawat aset-aset bersejarah yang mencerminkan perjalanan panjang dunia perkebunan Indonesia.

https://sibermedia.net/wp-content/uploads/2025/08/IMG-20250814-WA0031.jpg

Di balik luasnya hamparan kebun kelapa sawit yang menopang ekonomi negeri, PalmCo menyimpan beragam peninggalan kolonial yang hingga kini masih berfungsi.

Mulai dari bangunan tua peninggalan Belanda, kebun-kebun berumur lebih dari seabad, hingga pabrik teh bersejarah yang tetap beroperasi—semuanya menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah panjang pembangunan industri perkebunan.

Tonggak awal BUMN perkebunan dapat ditelusuri ke tahun 1958, ketika pemerintah menasionalisasi aset-aset perkebunan Belanda melalui Undang-Undang Nomor 86 Tahun 1958.

Proses ini melahirkan Perseroan Perkebunan Negara (PPN), yang kemudian bertransformasi menjadi Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) pada 1968 dan PT Perkebunan (Persero) pada 1974.

Reformasi besar menyusul pada 1996, ketika sejumlah PTP dilebur menjadi PT Perkebunan Nusantara IV (PTPN IV) yang berkantor pusat di Medan.

Sejak itu, PTPN IV memainkan peran strategis sebagai produsen kelapa sawit dan teh di Sumatera Utara serta wilayah pegunungan seperti Bah Butong dan Tobasari.

Upaya transformasi berlanjut pada 2014–2015 setelah Kementerian BUMN menunjuk PTPN III (Persero) sebagai Holding Perkebunan Nusantara. Puncaknya terjadi pada 2022–2023 dengan pembentukan PalmCo sebagai Subholding kelapa sawit yang mengkonsolidasikan enam PTPN.

Dalam struktur baru ini, PTPN IV menjadi induk PalmCo dengan cita-cita menjadi perusahaan sawit terbesar di dunia dengan areal tanam lebih dari 600 ribu hektare.

Meski terus berinovasi, PalmCo tetap menjaga akar sejarahnya. Di pusat Kota Medan, Gedung Kantor PTPN IV Regional II berdiri anggun sebagai bangunan cagar budaya bergaya kolonial. Selain menjadi kantor administrasi, gedung ini sering dimanfaatkan sebagai sarana pembelajaran sejarah bagi peserta program Siswa Mengenal Nusantara (SMN).

Sekitar dua jam dari Medan, Kebun Pulu Raja di Kabupaten Asahan menjadi saksi era perkebunan sejak masa VOC. Hingga kini, kebun tersebut tetap produktif dengan produktivitas tandan buah segar mencapai 32 ton per hektare—contoh bagaimana warisan masa kolonial dapat beradaptasi dengan teknologi modern dan tetap memberi manfaat.

PalmCo juga mengelola berbagai unit lain yang sarat sejarah, seperti Kebun Ophir di Sumatera Barat dengan pabrik pengolahan sawit berusia lebih dari satu abad, serta Unit Bekri di Lampung yang kini berkembang sebagai pusat pengembangan energi terbarukan berbasis biomassa.

Salah satu ikon paling menonjol adalah Pabrik Teh Kayu Aro di Jambi. Berlokasi di ketinggian 1.400 meter di kaki Gunung Kerinci, pabrik yang berdiri sejak 1925 ini tercatat sebagai pabrik teh tertua kedua di dunia yang masih beroperasi.

Selain memproduksi teh hitam berkualitas premium, Kayu Aro juga menjadi destinasi wisata sejarah dan agroindustri yang menarik ribuan wisatawan setiap tahun.

Direktur Utama PTPN IV PalmCo, Jatmiko K. Santosa, menegaskan bahwa pelestarian aset sejarah menjadi bagian strategis dalam arah pembangunan perusahaan.

“Bangunan dan situs bersejarah ini bukan hanya memorabilia masa lalu, tetapi simbol perjalanan bangsa dalam membangun ekonomi perkebunan. Kami berkomitmen merawat dan mengembangkan nilai edukasi yang terkandung di dalamnya,” ujarnya.

Jatmiko menambahkan, pelestarian sejarah merupakan bagian dari strategi keberlanjutan perusahaan. “Kemajuan bukan berarti menghapus sejarah. Justru dari akar sejarah itulah kami membangun langkah yang lebih kokoh menuju masa depan.”

Pada momentum Bulan Kebudayaan Nasional, PTPN III (Persero) dan PalmCo kembali menegaskan perannya dalam menjaga nilai historis perkebunan Indonesia—bahwa kebudayaan bangsa tidak hanya terwujud dalam ekspresi seni, tetapi juga tertanam dalam etos kerja, ketekunan, serta inovasi yang lahir dari perjalanan panjang industri perkebunan lebih dari satu abad.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *